Wednesday, 29 June 2016

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.


I.                    MACAM-MACAM KELOMPOK

A.     Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya.
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.

Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok antara kelompok primer dan sekunder berdasarkan karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
-          Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
-          Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.
-          Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.
-          Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
-          Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.


B.      Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan.
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya, sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif). Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

C.      Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.


II.                  Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi
A.      Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.

B.      Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

C.      Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras.

III.                Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: 
a. melaksanakan tugas kelompok, dan 
b. memelihara moral anggota-anggotanya.
Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation).

Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:
o   ukuran kelompok.
o   jaringan komunikasi.
o   kohesi kelompok.
o   kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1994).


IV.               Tahap-tahap Komunikasi Kelompok 
 Penelitian menunjukkan bahwa kelompok berkembang melalui beberapa tahap. Tahap-tahaptersebut adalah : orientasi, konflik, kemunculan (emergence), dan penguatan (reinforcement). Adanya kelompok juga menyebabkan terbentuknya budaya kelompok. Budaya kelompok ini berfungsi untuk membentuk identitas kelompok dan memberikan rasa kebersamaan dalamkelompok.


A.     Efektivitas, Pengambilan Keputusan dan Konflik Dalam Kelompok 
 Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor situasional, meliputi : ukuran kelompok, jaringan komunikasi, kohesi kelompok dankepemimpinan.
2. Faktor personal, meliputi : kebutuhan interpersonal, tindak komunikasi dan peranan.

Aktivitas penting lainnya di dalam kelompok adalah pembuatan keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara : konsensus, kompromi, pengambilan suara mayoritas, keputusan oleh pemimpin, dan orbitrasi.

Pembuatan keputusan dalam kelompok berbeda dengan pemecahan masalah secara individu karena adanya hubungan interpersonal. Dalam membuat keputusan pasti akan ada kendala yang muncul. Kendala-kendala tersebut meliputi kebutuhan untuk memperjelas gagasan-gagasan kepada orang lain, mengatasi konflik,mengendalikan perbedaan-perbedaan, dan sebagainya.Berfikir kelompok adalah akibat langsung dari kekompakan di dalam kelompok. Kekompakan adalah sebuah kondisi yang diperlukan dalam komunikasi kelompok.


Kurangnya kekompakan dalam komunikasi akan memunculkan konflik. Janis menemukan dalam penelitiannya bahwa berpikir kelompok dapat mendatangkan 6 hasil negativ :
Kelompok itu membatasi diskusinya hanya pada sedikit alternatif. Ia tidakmempertimbangkan seluruh kemungkinan kreatif yang ada. Solusinya kelihatan jelas dan sederhana bagi kelompok, dan tidak banyak dilakukan penelusuran terhadap pemikiran- pemikiran lain.
 Posisi yang pada awalnya didukung oleh kebanyakan anggota tidak pernah dikaji ulanguntuk mencari jebakan-jebakan yang tidak jelas terlihat. Dengan kata lain, kelompok itutidak begitu kritis dalam meneliti penyimpangan-penyimpangan dari solusi yang terpilih.
Kelompok itu gagal meneliti ulang alternatif-alternatif yang awalnya tidak didukung oleh mayoritas. Pendapat-pendapat minoritas dengan cepat diabaikan, tidak hanya olehmayoritas tetapi juga oleh mereka yang awalnya mendukung.
Pendapat ahli tidak dicari. Kelompok itu puas dengan dirinya sendiri dan mungkin merasaterancam oleh pihak luar.
Kelompok itu sangat selektif dalam mengumpulkan dan memperhatikan informasi yangtersedia. Para anggotanya cenderung untuk memusatkan hanya pada informasi yangmendukung rencana yang didukung.
Kelompok itu merasa sangat yakin akan alternatif pilihannya sehingga ia tidakmempertimbangkan rencana-rencana kemungkinan. Ia tidak meramalkan kemungkinankegagalan dan tidak mempersiapkan diri untuk gagal.Selain itu, konflik dalam kelompok tidak dapat dihindari.

DIMENSI KONFLIK
Ada dua dimensi penting dalam konflik, yaitu : ketegasan dan kerja sama. Komunikasi kelompok dapat dipandang sebagai sebuah sistem input-input, proses internal danoutput-output. Input mencakup informasi, sumber-sumber daya kelompok dan karakteristik-karakteristik tugas.
Proses meliputi interaksi kelompok dan pengembangan keputusan dan outputmeliputi tugas-tugas dan keputusan-keputusan yang diselesaikan dan dihasilkan.
Ukuran Komunikasi Kelompok
Komunikasi kelompok kecil (small group communication),  yaitu : prosesnya berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Umpan balik terjadi secaraverbal. Komunikan dapat menanggapi uraian komunikator. Contoh : Ceramah, diskusi panel, simposium, forum, seminar, curah saran, komunikasi antara manajer dengansekelompok karyawan.
Komunikasi kelompok besar (large group communication), ditujukan kepada afeksikomunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya. Contoh : rapat raksasa di sebuah lapangan.

Komunikasi Kelompok Kecil
 Komunikasi kelompok kecil (small/ micro group communication) adalah komunikasi yang :
Ditujukan kepada kognisi komunikan
Prosesnya berlangsung secara dialogis

Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesan kepada benak atau pikiran komunikan, misalnya : kuliah, ceramah, diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain. Dalamsituasi komuikasi seperti itu berperan penting. Komunikan akan dapat menilai. Logis tidaknyauntuk komunikator.

Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil ialah bahwa prosesnya berlangsungsecara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Komunikan dapat menanggapi uraiankomunikator, biasa bertanya jika tidak mengerti, dapat menyanggah bila tidak setuju, dan lain sebaginya.

Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak jenis kominikasi kelompok kecil antara lain :seperti telah di singgung di atas, seperti rapat (rapat kerja, rapat pimpinan, rapat mingguan),kuliah, ceramah, brifing penataran, loka-karya, diskusi, panel, forum, simposium, seminar,konferensi kongres, curahsaran (brainstorming), dan lain-lain.

Komunikasi Kelompok Besar

Sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil, komunikasi kelompok besar (large/ macrogroup communication) adalah komunikasi yang :
Ditujukan kepada efeksi komunikan
 Prosesnya berlangsung secara linear 

Pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar,ditujukan kepada efeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada perasaannya, contoh untukkomunikasi kelompok besar adalah misalnya rapat raksasa di sebuah lapangan. Jika komunikan pada komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat homogeny (antara lain sekelompok orangyang sama jenis kelaminnya, sama pendidikannya, sama status sosialnya), maka komunikan padakomunikasi kelompok besar umumnya bersifat heterogen : mereka terdiri dari individu-individuyang beraneka ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, danlain sebagainya.

Mereka yang heterogen dalam jumlah yang relatif sangat banyak dan berada disuatutempat seperti disebuah lapangan seperti itu, dalam psikologi disebut massa yang dipelajari oleh psikologi massa. Dalam situasi seperti itu, khalayak yang diterpa suatu pesan komunikasi masamenanggapinya lebih banyak dengan perasaan ketimbang pikiran. Mereka tidak sempat bepikir logis tidaknya pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Oleh karena pikiran didominasi oleh perasaan, maka dalam situasi kelompok besar terjadi apa yang dinamakan “cointagoinmentale” yang berarti wabah mental. Seperti halnya dengan wabah yang cepat menjalar, maka
dalam situasi komunkasi seperti itu jika satu orang menyatakan sesuatu akan segera diikuti oleh anggota kelompok lainnya secara serentak dengan serempak. Misalnya orang yang berteriak : “hidup bapak pembangunan “, diikuti oleh seluruh khalayak secara serentak : “ Hiduuuuuuuup“.

Komunikator yang muncul dalam situasi kelompok besar yang menghadapi massa rakyatdinamakan orator atau retor, yang mahir memukau khalayak. Ia menyampaikan pesannya dengansuara keras dan lantang, nadanya bergelombang, tidak monoton, dan kata-katanya bombass.Khlayak tidak di ajak berpikir logis, melainkan perasaan gairah seperti halnya dengan pidatoHilter di Studium Neurenberg semacam perang Dunia II, dalam situasi komunikasi seperti ituterjadi apa yang di sebut atau penjalaran semangat yang bernyala-nyala, sejenis histeris atauhiptonis secara kolektif mempengaruhi pikiran dan tindakan.

Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari yang satu ke titik lain,dari komunikator ke komunikan. Tidak seperti komunikasi kelompok kecil yang seperti telah diterangkan tadi secara langsung secara sirkular, dialogis, bertanya jawab. Dalam pidato dilapangan amat kecil kemungkinannya terjadi dialog antara seorang orator dengan salah seorangkhalayak massa.

Demikian paparan mengenai komunikasi yang terdiri dari komunikasi kelompokkecil/makro. Cirri-ciri dari klasifikasi kelompok diatas bersifat ekstrim, artinya diantara keduaakstrimitas itu terdapat modifikasi-modifikasi. Sebagai contoh komunikasi kelompok dalam bentuk sidang DPR. Dilihat dari jumlah komunikan yang relatif banyak jumlahnya dapat dimasukkan kedalam jenis komunikasi kelompok besar, tetapi jelas mereka homogen. Oleh karenamereka homogen, maka contagion mentalnya tidak sampai berteriak seperti khalayak heterogendilapanga, tetapi hanya sampai tepuk tangan.

Demikian pula denagn rapat mahasiswa, misalnya, meskipun termasuk komunikasikelompok kecil yang bersifat rasional, ditujukan kepada kognisi, bisa juga terjadi dialog yang
emosional. Dalam suatu komunikasi seperti itulah berperannya wibawa seorang komunikator dan pentingnya kemampuan berkomunikasi.


Kesimpulan

Tidak mengherankan kalau suatu istilah beda maknanya, begitu pula komunikasi dan disiplin ilmu social lainnya. Seperti telah di terangkan istilah diadik dan triadic dalam ilmukomunikasi adalah komunikasi antarpribadi, bukan komunikasi kelompok, sedangkan dalamsocial diad (dyad) dan triad adalah tiga orang yang secara berkelompok bertempat di suatutempat, sedangkan bagi ilmu komunikasi, komunikasi diadik adalah komunikasi antara seseorangantara komunikator dengan seorang komunikan, dan komunikasi triadik adalah komunikasi antarseseorang komunikator dengan dua orang komunikan.

-          Pengertian Kelompok  
kelompok pada umumnya didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang memiliki suatuidentitas bersama dan yang berinteraksi secara regular. Apapun bentuknya, kelompok socialterdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya mereka sadar tentangindividualis mereka, sebagai anggota kelompok social yang secara sfisifik disadari sebagai
“kita”.

-          Pengertian Komunikasi Kelompok 
Umumnya, disepakati bahwa jika jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderungdianggap komunikasi kelompok atau lazim disebut komunikasi kelompok saja. Sedangkan,komunikasi kelompok besar biasa di sebut sebagai komunikasi public atau komunikasi massa.Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara matematis, tetapi bergantung pada ikatan emosioanal pada anggotanya.


Daftar pustaka
Anwar Arifin, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung: Armico
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

No comments:

Post a Comment