Wednesday, 29 June 2016

TEORI FACE NEGOTATION

TEORI FACE NEGOTATION
Pengantar
Teori ini dicetuskan oleh Stella Ting-Toomey pada tahun 1985. Teori ini diguna untuk memprediksi bagaimana seseorang akan menyempurnakan identitas mereka ( facework ) dalam kebudayaan yang berbeda. Facework merupakan perilaku komunikasi dalam melindungi pencitraan atau image diri sendiri terhadap orang lain.
Teori dilatar belakangi dimana setiap individu dianggap bahwa memiliki pemikiran yang berbeda sehingga pemecahan masalah setiap individu pasti berbeda dan tentunya individu menyelesaikan masalah mereka dalam budaya masing-masing.
Teori face negotiation memiliki dua aspek penting : individualism-kolektifisme dan kekuatan jarak.

Nama Teori
Teori Face Negotiation membantu mengelola konflik budaya yang terjadi dimana dapat memprediksi bagaimana seseorang akan menyempurnakan identitas mereka ( facework ) dalam kebudayaan yang berbeda.
Dalam Em. Griffin, Ting-Toomey mengasumsikan bahwa setiap orang dalam tiap budaya akan selalu menegosiasikan atau merundingkan identitas mereka ( face). Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa cara individu menegosiasikan dirinya agar orang lain melihat keberadaan individu dan berperilaku menyenangkan terhadap kita. Isitlah facework  merupakan penyampaian pesan verbal dan nonverbal yang dikemukan secara spesifik yang akan membantu menjaga dan memperbaiki wajah yang kalah atau saat posisi terlihat lebih rendah dan berusaha untuk memperoleh wajah yang penuh dengan penghargaan ( Em. Griffin, 2004:435).
Erving Goffman (1967) juga diakui sebagai sosok yang menempatkan muka dalam penelitian Barat Kontemporer. Ia mengamati bahwa face merupakan citra diri seseorang.
Asumsi teori Ting-Toomey :
1.      Identitas diri penting di dalam interaksi interpersonal, dan individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda dalam budaya yang berbeda
2.      Manajemen konflik dimediasi oleh muka dan budaya
3.      Tindakan-tindakan tertentu mengancam citra diri seseorang yang ditampilkan (muka).
Dalam Teori Face Negotation terdapat 2 aspek penting :
1.      Rasa individualism-kolektifisme
Perbedaaan antara individualism-kolektifisme dapat dilihat dari selfgoals, dan duty.
Orang yang kolektifis menanggap dirinya sebagai salah satu anggota kelompok dimana melaksanakan tugasnya yang berorientasi pada kepentingan kelompok. Berbeda dengan orang yang individualism, seseorang melalukan tugasnya, hanya memikirkan dirinya sendiri dalam mencapai kebutuhan.

Ting-Toomey mengidentifikasi lima respon yang berbeda saat situasi seseorang tidak meraih kebutuhan, kepentingan atau tujuan mereka, respon tersebut adalah
-          Menghindar ( avoiding )
-          Menurut, membantu  ( Obliging )
-          Dominasi ( Dominating )
-          Mempersatukan ( Integrating )

2.      Kekuatan Jarak ( Power-Distance )
Kekuatan jarak ini merupakan unsur penting dalam prinsip kebudayaan.
Ada 3 elemen penting untuk komunikasi efektif dalam komunikasi antar budaya :
-          Knowledge
-          Mindfulness
-          Interaction Skill

Penerapan
Teori ini menjelaskan tentang perbedaan budaya dalam mengatasi konflik antar budaya dalam konteks komunikasi. Teori ini bisa diterapkan dalam keadaan seseorang individu di kalangan masyarakat yang berbudaya berbeda dalam interpersonal.
Individu dapat menerapakan dirinya dalam suatu komunitas dengan perbedaan kelompok sehingga terjadilah negosiasi antar individu dalam komunikasi interpersonal. Kelompok biasanya mengalami konflik dikarenakan perbedaan kebudayaan. Konflik dalam teori ini bisa dikatakan sebagai miss communication dimana adanya pesan yang tidak tersampaikan yang merupakan akibat dari perbedaan konsep setiap individu.

Contoh Kasus

Ketika seseorang mencoba melakukan latihan menari. Salah satu anggota menyatakan bahwa ia tidak sanggup, sering melakukan kesalahan dan sebagainya. Anggota lain memberi motivasi terhadap anggota yang mengeluh. 

No comments:

Post a Comment